About me

Foto Saya
Gayumii bLog
Semoga blog ini bermanfaat
Lihat profil lengkapku
Feeds RSS
Feeds RSS

Rabu, 23 Mei 2012

Riview Teori Erikson

TEORI PSIKOANALITIK KONTEMPORER

            Tokoh utama dalam bab tentang teori psikoanalitik kontrmporer ini adalah Erik H. Erikson. Ia lahir di Frankfurt, Jerman, tanggal 15 Juni 1902. Orang tuanya berkebangsaan Denmark, keluarga ibunya adalah Yahudi. Erikson tidak pernak mengenal ayahnya yang sebenarnya karena orangtuanya berpisah sebelum ia lahir. Sumbangan-sumbangan sangat penting yang diberikan oleh Erikson meliputi dua topic utama : (1) teori psikososial tentang perkembangan darimana muncul suatu konsepsi yang luas tentang ego, (2) penelitian-penelitian psikosejarah yang menerangkan psikososialnya dengan contoh individu-individu termasyur.
Teori Psikososial tentang Perkembangan
            Perkembangan berlangsung melalui tahap-tahap yang seluruhnya ada delapan tahap menurut jadwal yang dikemukakan Erikson. Empat tahap yang pertama terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak, tahap kelima pada masa adolesen, dan ketiga tahap yang terakhir pada tahun-tahun dewasa dan usia tua.
I.                   Kepercayaan Dasar versus Kecurigaan Dasar
Kepercayaan dasar yang paling awal terbentuk selama tahap sensorik-oral dan ditunjukkan oleh bayi lewat kapasitasnya untuk tidur dengan tenang, menyantap makanan dengan nyaman, dan membuang kotoran dengan santai. Situasi-stuasi yang menyenangkan dan orang-orang yang bertanggung jawab menimbulkan kenyamanan ini menjadi akrab dan dikenal oleh bayi. Perbandingan yang tepat antara kepercayaan dasar dan kecurigaan dasar mengakibatkan tumbuhnya pengharapan. Pengharapan merupakan kebajikan paling awal dan paling esensial yang melekat pada hidup.

II.                Otonomi versus Perasaan Malu dan Keragu-raguan
Pada tahap kedua kehidupan anak mempelajari apakah yang diharapkan dari dirinya, apakah kewajiban dn haknya disertai apakah pembatasan yang dikenakan pada dirinya. Untuk mengendalikan sifat kemauan anak, orang-orang dewasa akan memanfaatkan kecenderungan universal pada manusia untuk merasa malu, namun mereka akan mendorong anak untuk mengembangka perasaan otonomi dan akhirnya mandiri.

III.             Inisiatif versus Kesalahan
Tahap psikososial ketiga ialah tahap inisiatif, suatu masa untuk memperluas penguasaan an tanggung jawab. Selama tahap ini anak menampilkan diri lebih maju dan lebih seimbang secar fisik maupun kejiwaan. Bahaya dari tahap ini adalah perasaa bersalah yang dapat menhantui anak karena terlampau bergairah memikirkan tujuan-tujuan, termasuk fantasi-fantasi genital, menggunakan cara-cara agresif serta manipulative untuk mencapai tujuan-tujuan ini.

IV.             Kerajinan versus Inferioritas
Pada tahap keempat dalam proses epigenetic ini, anak harus mengontrol imajinasinya yang sangat kaya dan mulai menempuh pendidikan formal. Ia mengembangkan suatu sikap rajin dan mempelajari ganjaran dari ketekunan dan kerajinan. Bahaya dari tahap ini ialah anak bisa mengembangkan perasaa rendah diri apabila ia tidak berhasil menguasai tugas-tugas yang dipilihnya atau yang diberikan oleh guru-guru dan orang tuanya.

V.                Identitas versus Kekacauan Identitas
Selama masa adolesen, individu mulai merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri, perasaan bahwa ia adalah manusia unik, namun siap untuk memasuki suatu peranan yang berarti di tengah masyarakat entah peranan menyesuaikan diri atau bersifat memperbaharui. Daya penggerak batin dalam rangka pembentukan identitas ialah ego dalam aspek-aspeknya yang sadar maupun tak sadar. Peralihan yang sulit dari masa kanak-kanak kemasa dewasa di satu pihak dan perubahan social dilain pihak, maka selama masa pembentukan identitas seorang remaja, mungkin merasakan penderitaan paling dalam dibandingkan pada masa-masa lain akibat kekacauan peranan-peranan atau kekacauan identitas.

VI.             Keintiman versus Isolasi
Dalam tahap ini, orang-orang dewasa awal siap dan ingin menyatukan identitasnya dengan orang lain. Mereka mendambakan hubungan-hubungan yang intim-akrab, dan persaudaraan, serta mengembangkan daya-daya yang dibutuhkan untuk memenuhi komitmen-komitmen ini meskipun mereka mungkin harus berkorban. Bahaya pada tahap keintiman ini adalah isolasi, yakni kecenderungan menghindari hubungan karena orang tidak mau melibatkan diri dalam keintiman. Perasaan isolasi yang bersifat sementara memang perlu membuat pilihan-pilihan, tetapi tentu juga dapat menimbulkan masalah-masalah kepribadian berat.

VII.          Generativitas versus Stagnasi
Ciri tahap generativitas adalah perhatian terhadap apa yan dihasilkan-keturunan, produk-produk, ide-ide, dan sebagainya, serta pembentukan dan penetapan garis-garis pedoman untuk generasi mendatang. Apabila generativitas lemah atau tidak diungkapkan maka kepribadian akan mundur dan mengalami pemiskinan serta stagnasi.


VIII.       Integritas versus Keputusasaan
Tahap terakhr dalam proses epigenetis perkembangan disebut integritas. Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda dan orang-orang, produk-produk dan ide-ide dan berhasil menyesuaikan diri dengan keberhasilan dan kegagalan dalam hidup. Lawan integritas adalah keputusasaan tertentu menghadapi perubahan-perubahan siklus kehidupan individu terhadap kondisi social dan historis, belum lagi kefanaan hidup di hadapan kematian. Ini dapat memperburuk perasaan bahwa kehidupan ini tak berarti, bahwa ajal sudah dekat, ketakutan bahkan keinginan untuk mati.

0 komentar:

Posting Komentar