APA SIH DISLEKSIA ITU ??
Disleksia (Inggris: dyslexia) atau
reading disabilities adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada
seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan
aktivitas membaca dan menulis. Pada umumnya keterbatasan ini hanya ditujukan
pada kesulitan seseorang dalam membaca dan menulis, akan tetapi tidak terbatas
dalam perkembangan kemampuan standar yang lain seperti kecerdasan, kemampuan
menganalisa dan juga daya sensorik pada indera perasa. Terminologi disleksia
juga digunakan untuk merujuk kepada kehilangan kemampuan membaca pada seseorang
dikarenakan akibat kerusakan pada otak. Disleksia pada tipe ini sering disebut
sebagai "Alexia". Selain mempengaruhi kemampuan membaca dan menulis,
disleksia juga ditenggarai juga mempengaruhi kemampuan berbicara pada beberapa
pengidapnya. Adapun berbagai teori psikologi dimasa lalu memfokuskan pada
kelemahan perseptual sebagai basis disleksia. Sebuah hipotesis populer
menyatakan bahwa anak anak yang mengalami masalah membaca melihat huruf huruf
dalam posisi sebalik nya atau dalam citra cermin, melihat nya sebagai huruf
lain , contoh nya melihat huruf b sebagai huruf d . meskipun demikin , berbagai
temuan yang lebih mutakhir tidak mendukung hipotesis ini ( wolf &
melngailis , 1996 ) ; sebagian besar anak membaca huruf secara terbalik ketika
pertama kali belajar membaca, namun para individu disleksia sekalipun sangat
jarang melihat huruf terbalik setelah berusia 9 atau 10 tahun. Tidak ditemukan
antara kesalahan membaca huruf pada usia 5 tahun.
Cara mengetahui anak
menderita disleksia
1. Lambat bicara jika
dibandingkan kebanyakan anak seusianya.
2. Lambat mengenali
alfabet, angka, hari, minggu, bulan, warna, bentuk dan informasi mendasar
lainnya.
3. Sulit menuliskan huruf
ke dalam kesatuan kata secara benar.
4. Menunjukkan keterlambatan ataupun hambatan lain dalam proses perkembangannya.
5.
Ada anggota keluarga
yang juga mengalami masalah serupa, atau hampir sama.
6.
Perhatian mudah
teralihkan dan sulit berkonsentrasi.
7.
Mengalami hambatan
pendengaran.
8.
Rancu dalam memahami
konsep kirikanan, atas-bawah, utara-selatan, timur-barat.
9.
Memegang alat tulis
terlalu kuat/keras
10.
Rancu atau bingung
dengan simbol-simbol matematis. Misalnya tanda +, -, x, :, dan sebagainya.
11.
Mengalami kesulitan
dalam mengatakan waktu.
12.
Sulit mengikat tali
sepatu.
13.
Sulit menyalin tulisan
yang sudah dicontohkan kepadanya.
14. Mempunyai masalah
dengan kemampuan mengingat jangka pendek berkaitan dengan kata-kata maupun
instruksi tertulis.
15.
Sulit mengikuti lebih
dari sebuah instruksi dalam satu waktu yang sama.
16.
Tidak dapat
menggunakan kamus atau pun buku petunjuk telepon.
GEJALA
DISLEKSIA
Anak
belum sekolah dengan disleksia bisa jadi terlambat bicara, memiliki masalah
artikulasi berbicara, dan mempunyai kesulitan mengingat nama-nama huruf, angka,
dan warna. Anak disleksia sering kesulitan memadukan suara, irama kata, mengenali
letak suara pada kata, segmenting kata-kata ke dalam bunyi, dan mengenali bunyi
huruf pada kata. Keterlambatan atau keragu-raguan dalam memilih kata-kata.
Membuat kata pengganti, menamai angka dan gambar adalah indikasi awal
disleksia. Masalah dengan daya ingat jangka pendek untuk suara dan untuk
meletakkan suara pada perintah yang tepat sering terjadi. Banyak anak dengan disleksia bingung dengan huruf dan kata yang serupa.
membalikkan huruf ketika menulis-sebagai contoh, on diganti menjadi no, dan saw
diganti menjadi was-atau huruf yang membingungkan-sebagai contoh, b diganti
menjadi d, w diganti menjadi m, n diganti menjadi h-sering terjadi. Meskipun
begitu, banyak anak tanpa disleksia akan membalikkan hurup pada waktu taman
kanak-kanak atau tingkat pertama. Anak yang tidak mengalami kemajuan dalam keahlian mempelajari kata-kata pada
kelas pertengahan atau akhir sekolah dasar harus di uji untuk disleksia.
FAKTOR
PENYEBAB DISLEKSIA
Faktor-faktor
penyebab
a. Faktor keturunan
Disleksia cenderung terdapat pada keluarga yang mempunyai anggota kidal. Orang tua yang disleksia tidak secara otomatis menurunkan gangguan ini kepada anak-anaknya, atau anak kidal pasti disleksia. Penelitian John Bradford (1999) di Amerika menemukan indikasi, bahwa 80 persen dari seluruh subjek yang diteliti oleh lembaganya mempunyai sejarah atau latar belakang anggota keluarga yang mengalami learning disabilities, dan 60% di antaranya punya anggota keluarga yang kidal.
b. Problem pendengaran sejak usia dini
Apabila dalam 5 tahun pertama, seorang anak sering mengalami flu dan infeksi tenggorokan, maka kondisi ini dapat mempengaruhi pendengaran dan perkembangannya dari waktu ke waktu hingga dapat menyebabkan cacat. Kondisi ini hanya dapat dipastikan melalui pemeriksaan intensif dan detail dari dokter ahli. Jika kesulitan pendengaran terjadi sejak dini dan tidak terdeteksi, maka otak yang sedang berkembang akan sulit menghubungkan bunyi atau suara yang didengarnya dengan huruf atau kata yang dilihatnya. Padahal, perkembangan kemampuan ini sangat penting bagi perkembangan kemampuan bahasa yang akhirnya dapat menyebabkan kesulitan jangka panjang, terutama jika disleksia ini tidak segera ditindaklanjuti. Konsultasi dan penanganan dari dokter ahli amatlah diperlukan.
a. Faktor keturunan
Disleksia cenderung terdapat pada keluarga yang mempunyai anggota kidal. Orang tua yang disleksia tidak secara otomatis menurunkan gangguan ini kepada anak-anaknya, atau anak kidal pasti disleksia. Penelitian John Bradford (1999) di Amerika menemukan indikasi, bahwa 80 persen dari seluruh subjek yang diteliti oleh lembaganya mempunyai sejarah atau latar belakang anggota keluarga yang mengalami learning disabilities, dan 60% di antaranya punya anggota keluarga yang kidal.
b. Problem pendengaran sejak usia dini
Apabila dalam 5 tahun pertama, seorang anak sering mengalami flu dan infeksi tenggorokan, maka kondisi ini dapat mempengaruhi pendengaran dan perkembangannya dari waktu ke waktu hingga dapat menyebabkan cacat. Kondisi ini hanya dapat dipastikan melalui pemeriksaan intensif dan detail dari dokter ahli. Jika kesulitan pendengaran terjadi sejak dini dan tidak terdeteksi, maka otak yang sedang berkembang akan sulit menghubungkan bunyi atau suara yang didengarnya dengan huruf atau kata yang dilihatnya. Padahal, perkembangan kemampuan ini sangat penting bagi perkembangan kemampuan bahasa yang akhirnya dapat menyebabkan kesulitan jangka panjang, terutama jika disleksia ini tidak segera ditindaklanjuti. Konsultasi dan penanganan dari dokter ahli amatlah diperlukan.
c.
Faktor kombinasi
Ada pula kasus disleksia yang disebabkan kombinasi dari 2 faktor di atas, yaitu problem pendengaran sejak kecil dan faktor keturunan. Faktor kombinasi ini menyebabkan kondisi anak dengan gangguan disleksia menjadi kian serius atau parah, hingga perlu penanganan menyeluruh dan kontinyu. Bisa jadi, prosesnya berlangsung sampai anak tersebut dewasa. Dengan perkembangan teknologi CT Scan, bisa dilihat bahwa perkembangan sel-sel otak penderita disleksia berbeda dari mereka yang nondisleksia. Perbedaan ini mempengaruhi perkembangan fungsi-fungsi tertentu pada otak mereka, terutama otak bagian kiri depan yang berhubungan dengan kemampuan membaca dan menulis. Selain itu, terjadi perkembangan yang tidak proporsional pada sistem magno-cellular di otak penderita disleksia. Sistem ini berhubungan dengan kemampuan melihat benda bergerak. Akibatnya, objek yang mereka lihat tampak berukuran lebih kecil. Kondisi ini menyebabkan proses membaca jadi lebih sulit karena saat itu otak harus mengenali secara cepat huruf-huruf dan sejumlah kata berbeda yang terlihat secara bersamaan oleh mata.
Ada pula kasus disleksia yang disebabkan kombinasi dari 2 faktor di atas, yaitu problem pendengaran sejak kecil dan faktor keturunan. Faktor kombinasi ini menyebabkan kondisi anak dengan gangguan disleksia menjadi kian serius atau parah, hingga perlu penanganan menyeluruh dan kontinyu. Bisa jadi, prosesnya berlangsung sampai anak tersebut dewasa. Dengan perkembangan teknologi CT Scan, bisa dilihat bahwa perkembangan sel-sel otak penderita disleksia berbeda dari mereka yang nondisleksia. Perbedaan ini mempengaruhi perkembangan fungsi-fungsi tertentu pada otak mereka, terutama otak bagian kiri depan yang berhubungan dengan kemampuan membaca dan menulis. Selain itu, terjadi perkembangan yang tidak proporsional pada sistem magno-cellular di otak penderita disleksia. Sistem ini berhubungan dengan kemampuan melihat benda bergerak. Akibatnya, objek yang mereka lihat tampak berukuran lebih kecil. Kondisi ini menyebabkan proses membaca jadi lebih sulit karena saat itu otak harus mengenali secara cepat huruf-huruf dan sejumlah kata berbeda yang terlihat secara bersamaan oleh mata.
MENDETEKSI
DINI ANAK DISLEKSIA
Kesulitan
membaca yang tidak diharapkan (kesulitan membaca pada seseorang yang tidak
sesuai dengan kemampuan kognitif orang tersebut atau tidak sesuai dengan usia,
tingkat kepandaian dan tingkat pendidikan), selain itu terdapat masalah yang
berhubungan dengan proses fonologik. Pada anak usia prasekolah, adanya riwayat
keterlambatan berbahasa atau tidak tampaknya bunyi dari suatu kata (kesulitan
bermain kata-kata yang berirama, kebingungan dalam menghadapi kata-kata yang
mirip, kesulitan belajar mengenal huruf) disertai dengan adanya riwayat
keluarga yang menderita disleksia, menunjukkan faktor risiko yang bermakna untuk
menderita disleksia. Pada anak usia sekolah biasanya keluhan berupa kurangnya
tampilan di sekolah tetapi sering orangtua dan guru tidak menyadari bahwa anak
tersebut mengalami kesulitan membaca. Biasanya anak akan terlihat terlambat
berbicara, tidak belajar huruf di taman kanak-kanak dan tidak belajar membaca
pada sekolah dasar. Anak tersebut akan makin tertinggal dalam hal pelajaran
sedangkan guru dan orangtua biasanya makin heran mengapa anak dengan tingkat
kepandaian yang baik mengalami kesulitan membaca. Walaupun anak telah diajarkan
secara khusus, biasanya anak tersebut akan dapat membaca tetapi lebih lambat.
Anak tidak akan fasih membaca dan tidak dapat mengenali huruf secara tepat.
Disgrafia biasanya menyertai disleksia. Selain itu penderita disleksia akan
mengalami gangguan kepercayaan diri alias minder. Jadi Disgrafia masih ada
kaitannya dengan disleksia.
PENGOBATAN
DISLEKSIA
Pengobatan
terbaik untuk mengenali kata adalah pengajaran langsung yang memasukkan
pendekatan multisensori. Pengobatan jenis ini terdiri dari mengajar dengan
bunyi-bunyian dengan isyarat yang bervariasi, biasanya secara terpisah dan,
bila memungkinkan, sebagai bagian dari program membaca. Pengajaran tidak langsung untuk mengenali kata juga sangat membantu. Pengajaran
ini biasanya terdiri dari latihan untuk meningkatkan pelafalan kata atau
pengertian membaca. Anak-anak diajarkan bagaimana memproses suara-suara dengan
menggabungkan suara-suara ke dalam bentuk kata-kata, dengan memisahkan
kata-kata ke dalam bagian-bagian, dan dengan mengenali letak suara pada kata. Pengajaran component-skill untuk mengenali kata juga sangat membantu. Hal ini
terdiri dari latihan menggabung suara-suara ke dalam bentuk kata-kata, membagi
kata ke dalam bagian kata , dan untuk mengenali letak suara pada kata. Pengobatan tidak langsung, selain untuk mengenali kata, kemungkinan digunakan
tetapi tidak dianjurkan. Pengobatan tidak langsung bisa termasuk penggunaan
lensa diwarnai yang membuat kata-kata dan huruf-huruf bisa dibaca dengan lebih
mudah, latihan gerakan mata, atau latihan penglihatan perseptual. Obat-obatan
seperti piracetam juga harus dicoba. Manfaat pengobatan tidak langsung tidak
terbukti dan bisa menghasilkan harapan tidak realistis dan menhambat pengajaran
yang dibutuhkan.
CARA
MENGATASI DISLEKSIA
Pada
dasarnya ada berbagai variasi tipe disleksia. Penemuan para ahli memperlihatkan
bahwa perbedaan variasi itu begitu nyata, hingga tidak ada satu pola baku atau
kriteria yang betul-betul cocok semuanya terhadap ciri-ciri seorang anak
disleksia. "Misalnya, ada anak disleksia yang bermasalah dengan kemampuan
mengingat jangka pendeknya, sebaliknya ada pula yang ingatannya justru baik
sekali. Lalu, ada yang punya kemampuan matematis yang baik, tapi ada pula yang
parah. Untuk itulah bantuan ahli (psikolog) sangat diperlukan untuk menemukan
pemecahan yang tepat," anjur Rini.
- Metode multi-sensory
Dengan metode yang terintegrasi, anak akan diajarkan mengeja tidak hanya
berdasarkan apa yang didengarnya lalu diucapkan kembali, tapi juga memanfaatkan
kemampuan memori visual (penglihatan) serta taktil (sentuhan). Dalam
prakteknya, mereka diminta menuliskan huruf-huruf di udara dan di lantai,
membentuk huruf dengan lilin (plastisin), atau dengan menuliskannya besar-besar
di lembaran kertas. Cara ini dilakukan untuk memungkinkan terjadinya asosiasi
antara pendengaran, penglihatan dan sentuhan sehingga mempermudah otak bekerja
mengingat kembali huruf-huruf.
- Membangun Rasa Percaya Diri
Gangguan
disleksia pada anak-anak sering tidak dipahami atau diketahui lingkungannya,
termasuk orang tuanya sendiri. Akibatnya, mereka cenderung dianggap bodoh dan
lamban dalam belajar karena tidak bisa membaca dan menulis dengan benar seperti
kebanyakan anak-anak lain. Oleh karena itu mereka sering dilecehkan, diejek
atau pun mendapatkan perlakuan negatif, sementara kesulitan itu bukan
disebabkan kemalasan.
Alangkah baiknya, jika orang tua dan guru peka terhadap kesulitan anak. Dari situ dapat dilakukan deteksi dini untuk mencari tahu faktor penghambat proses belajarnya. Setelah ditemukan, tentu bisa diputuskan strategi yang efektif untuk mengatasinya. Mulai dari proses pengenalan dan pemahaman fonem sederhana, hingga permainan kata dan kalimat dalam buku-buku cerita sederhana. Penguasaan anak terhadap bahan-bahan tersebut, dalam proses yang bertahap, dapat membangkitkan rasa percaya diri dan rasa amannya. Jadi, berkat usaha dan ketekunan mereka, para penyandang disleksia ini dapat juga menguasai kemampuan membaca dan menulis.
Orang tua dan guru serta pendamping lainnya mungkin melihat dan menemukan adanya kelebihan dari anak-anak seperti ini. Menurut penelitian, mereka cenderung mempunyai kelebihan dalam hal koordinasi fisik, kreativitas, dan berempati pada orang lain. Untuk membangun rasa percaya dirinya, ajaklah mereka mengevaluasi dan memahami diri sendiri, disertai kelebihan serta kekurangan yang dimiliki. Tujuannya agar mereka dapat melihat secara objektif dan tidak hanya terfokus pada kekurangannya sebagai anak dengan gangguan disleksia. Anak-anak tersebut perlu diajak mencari dan mencatat semua kelebihan dan kekurangannya, untuk kemudian dibahas bersama satu demi satu. Misalnya, anak melihat bahwa dirinya bukan orang yang mampu menulis dan mengarang dengan baik, tapi di lain pihak ia adalah seorang pemain basket yang handal dan sekaligus perenang yang tangguh. Bisa juga, dia melihat dirinya tidak bisa mengeja dengan benar, tapi dia juga lucu, humoris dan menarik hingga banyak orang suka padanya.
Intinya, bantulah mereka menemukan keunggulan diri, agar bisa merasa bangga dan tidak pesimis terhadap hambatan yang saat ini sedang diatasi. Kalau perlu, jelaskan pada mereka figur-figur orang terkenal yang mampu mengatasi problem disleksianya dan melakukan sesuatu yang berguna untuk masyarakat.
Alangkah baiknya, jika orang tua dan guru peka terhadap kesulitan anak. Dari situ dapat dilakukan deteksi dini untuk mencari tahu faktor penghambat proses belajarnya. Setelah ditemukan, tentu bisa diputuskan strategi yang efektif untuk mengatasinya. Mulai dari proses pengenalan dan pemahaman fonem sederhana, hingga permainan kata dan kalimat dalam buku-buku cerita sederhana. Penguasaan anak terhadap bahan-bahan tersebut, dalam proses yang bertahap, dapat membangkitkan rasa percaya diri dan rasa amannya. Jadi, berkat usaha dan ketekunan mereka, para penyandang disleksia ini dapat juga menguasai kemampuan membaca dan menulis.
Orang tua dan guru serta pendamping lainnya mungkin melihat dan menemukan adanya kelebihan dari anak-anak seperti ini. Menurut penelitian, mereka cenderung mempunyai kelebihan dalam hal koordinasi fisik, kreativitas, dan berempati pada orang lain. Untuk membangun rasa percaya dirinya, ajaklah mereka mengevaluasi dan memahami diri sendiri, disertai kelebihan serta kekurangan yang dimiliki. Tujuannya agar mereka dapat melihat secara objektif dan tidak hanya terfokus pada kekurangannya sebagai anak dengan gangguan disleksia. Anak-anak tersebut perlu diajak mencari dan mencatat semua kelebihan dan kekurangannya, untuk kemudian dibahas bersama satu demi satu. Misalnya, anak melihat bahwa dirinya bukan orang yang mampu menulis dan mengarang dengan baik, tapi di lain pihak ia adalah seorang pemain basket yang handal dan sekaligus perenang yang tangguh. Bisa juga, dia melihat dirinya tidak bisa mengeja dengan benar, tapi dia juga lucu, humoris dan menarik hingga banyak orang suka padanya.
Intinya, bantulah mereka menemukan keunggulan diri, agar bisa merasa bangga dan tidak pesimis terhadap hambatan yang saat ini sedang diatasi. Kalau perlu, jelaskan pada mereka figur-figur orang terkenal yang mampu mengatasi problem disleksianya dan melakukan sesuatu yang berguna untuk masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar